Selasa, 26 April 2016

Analisis Prosa



Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa latin  "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Prosa di bagi menjadi dua jenis Prosa lama dan Prosa Baru.
Prosa Baru

Prosa baru merupakan pancaran dari masyarakat baru. Karya-karya prosa yang dihasilkan oleh masyarakat baru Indonesia mulai fleksibel dan bersifat universal; ditulis dan dilukiskan secara lincah serta bisa dinikmati oleh lingkup masyarakat yang lebih luas.

ciri ciri prosa baru
1. Dinamis, perubahannya cepat
2. Rakyat Sentris, mengambil bahan dari rakyat sekitar
3. Realistis, bentuknya roman, novel, cerpen, drama, kisah, dsb.
4. Di pengaruhi sastra Barat
5. Nama pencipta selalu dicantumkan

jenis jenis prosa baru

· roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan isinya, roman dapat dibagi menjadi roman sejarah, roman sosial, roman jiwa, roman tendens.

· novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.

· cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.

· riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.

· kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.

· resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

· esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi. dan tidak boleh di sentuh oleh siapa pun.


Prosa Lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal.

ciri ciri prosa lama
1. Statis, lamban perubahannya
2. Istana Sentris, bersifat kerajaan
3. Bersifat fantastis, bentuknya hikayat, dongeng
4. Di pengaruhi sastra Hindu dan Arab
5. Tidak ada pengarang atau anonim

Menganalisa Prosa Lama
Cerita Hikayat
Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
Contoh hikayat :


















Hikayat Indra Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah.
Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling carimencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan.
Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuatkuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai.
Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Sembilan orang anak raja sudah berada di dalam negeri itu. Akhirnya raksasa itu mencanangkan supaya Indera Bangsawan pergi menolong Raja Kabir. Diberikannya juga suatu permainan yang disebut sarung kesaktian dan satu isyarat kepada Indera Bangsawan seperti kanak-kanak dan ilmu isyarat itu boleh membawanya ke tempat jauh dalam waktu yang singkat.
Dengan mengenakan isyarat yang diberikan raksasa itu, sampailah Indera Bangsawan di negeri Antah Berantah. Ia menjadikan dirinya budak-budak berambut keriting. Raja Kabir sangat tertarik kepadanya dan mengambilnya sebagai permainan Puteri Kemala Sari. Puteri Kemala Sari juga sangat suka cita melihatnya dan menamainya si Hutan. Maka si Hutan pun disuruh Puteri Kemala Sari memelihara kambingnya yang dua ekor itu, seekor jantan dan seekor betina.
Pada suatu hari, Puteri Kemala Sari bercerita tentang nasib saudara sepupunya Puteri Ratna Sari yang negerinya sudah dirusakkan oleh Garuda.
Diceritakannya juga bahwa Syah Peri lah yang akan membunuh garuda itu. Adapun Syah Peri itu ada adik kembar, Indera Bangsawan namanya. Ialah yang akan membunuh Buraksa itu. Tetapi bilakah gerangan Indera Bangsawan baru akan datang? Puteri Kemala Sari sedih sekali. Si Hutan mencoba menghiburnya dengan menyanyikan pertunjukan yang manis. Maka Puteri Kemala Sari pun tertawalah dan si Hutan juga makin disayangi oleh tuan puteri.
Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.
Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya.
Diperaskannya susu harimau ke mata tuan puteri.
Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka tuan puteri pun sembuhlah.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda menyuruh orang berbuat mahligai di tengah padang akan tempat duduk tuan puteri. Di bawah mahligai itu ditaruh satu bejana berisi air, supaya Buraksa boleh datang meminumnya. Di sanalah anak raja yang sembilan orang itu boleh berebut tuan puteri. Barang siapa yang membunuh Buraksa itu, yaitu mendapat hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh, dialah yang akan menjadi suami tuan puteri.
Maka tuan puteri pun ditinggalkan baginda di mahligai di tengah padang itu. Si Hutan juga menyusul datang. Tuan puteri terharu akan kesetiaannya dan menamainya si Kembar. Hatta si Kembar pun bermohon kepada tuan puteri dan kembali mendapatkan raksasa neneknya. Raksasa neneknya memberikan seekor kuda hijau dan mengajarnya cara-cara membunuh Buraksa. Setelah itu, si Kembar pun menaiki kuda hijaunya dan menghampiri mahligai tuan puteri. Katanya kepada tuan puteri bahwa dia adalah seorang penghuni hutan rimba yang tiada bernama. Tujuan kedatangannya ialah hendak melihat tamasya anak raja yang sembilan itu membunuh Buraksa. Tuan puteri menyilakan naik ke mahligai itu. Setelah menahan jerat pada mulut bejana itu dan mengikat hujung tali pada leher kudanya serta memesan kudanya menarik jerat itu bila Buraksa itu datang meminum air, si Kembar pun naik ke mahligai tuan puteri. Hatta Buraksa itu pun datanglah dengan gemuruh bunyinya. Tuan puteri ketakutan dan si Kembar memangkunya.
Tersebut pula perkataan Buraksa itu. Apabila dilihatnya ada air di dalam mulut bejana itu, maka ia pun minumlah serta dimasukannya kepalanya ke dalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu. Maka kuda hijau si Kembar pun menarik tali jerat itu dan Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar segera datang memarangnya hingga mati serta menghiris hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh itu. Setelah itu si Kembar pun mengucapkan “selamat tinggal” kepada tuan puteri dan gaib dari padang itu. Tuan puteri ternganga-nganga seraya berpikir bahwa orang muda itu pasti adalah Indera Bangsawan. Hatta para anak raja pun datanglah. Dilihatnya bahwa Buraksa itu sudah mati, tetapi mata dan hidungnya tiada lagi.
Maka mereka pun mengerat telinga, kulit kepala, jari, tangan dan kaki Buraksa itu untuk dibawa kepada baginda. Baginda tidak percaya mereka sudah membunuh Buraksa itu, karena tanda-tanda yang dibawa mereka itu bukan alamatnya. Selang berapa lama, si Kembar pun datang dengan membawa mata dan hidung Buraksa itu dan diberikan tuan puteri sebagai isteri. Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati.


Menganalisi Prosa Lama (Hikayat)
A.    Identifikasi Ciri-ciri Hikayat tersebut
1.    Hikayat menggunakan bahasa Melayu
2.    Hikayat mengandung unsur Intrinsik dan Ektrinsik
3.    Cerita hikayat berisi tentang kehebatan dan kepahlawanan orang ternama.
B.    Unsur-unsur Intrinsik “Hikayat Indra Bangsawan”
1.    Tema
Kehebatan Syah Peri dan Indra Bangsawan dalam menghadapi musuh.
2.    Tokoh
a.     Protagonis
Raja Indra Bungsu, Putri Sitti Kendi, Syah Peri, Indra Bangsawan, Mualin, Raksasa, Perempuan, Putri Ratna sari, Putri Kemala Sari.
b.    Antagonis
Raksasa Garuda
c.     Tritagonis
Raja Kabir.
3.    Penokohan
a. Raja Indera Bungsu
Sabar dalam menghadapi ujian: selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra.
Dermawan, suka tolong menolong, dan perhatian terhadap rakyatnya : beliau sering membagikan sedekah kepada fakir miskin.
Penyayang dan perhatian terhadap kedua putranya : kedua putranya dididik dengan baik sehingga tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik.

b. Putri Sitti Kendi
Sabar dan tawakal dalam menghadapi ujian : selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra.
Sayang dan perhatian terhadap kedua putranya : kedua putranya dididik dengan baik sehingga tumbuh denngan akhlak dan perilaku yang baik.

c. Syah Peri
Patuh kepada kedua orang tuanya: melaksanakan perintah Baginda Raja Indera Bungsu untuk mencari buluh perindu.
Perhatian dan pantang menyerah : selalu peduli dengan keadaan saudara kembarnya.Pemberani : berhasil mengalahkan raksasa Garuda untuk menyelamatkan Putri Ratna Sari dan dayang- dayang.Suka menolong : menyelamatkan Putri Ratna Sari dari serangan raksasa Garuda dan berusaha menyembuhkan Indera Bangsawan.

d. Indera Bangsawan
Patuh kepada kedua orang tua : melaksanakan perintah Baginda Raja untuk mencari buluh perindu.
Pantang menyerah : berhasil mendapatkan buluh perindu dan berusaha mengejar melawan raksasa Buraksa.
Pemberani dan suka menolong : berhasil mengalahkan raksasa Buraksa untuk menyelamatkan Putri Kemala Sari, dan rakyat Raja Kabir.
Menghargai usaha orang lain : memberikan Batu Khitmat kepada Syah Peri untuk membalas kebaikan Syah Peri yang telah menyelamatkan nyawanya

e. Mualin Sufian
Suka t menolong : mau mengajarkan berbagai ilmu yang ia miliki kepada kedua putra Baginda Raja Indera Bungsu.

f. Raksasa Garuda
Jahat : menyerang negra Putri Ratna Sari.

g. Putri Ratna Sari
Suka menolong : menolong dayang- dayangnya dari serangan raksasa Garuda dengan bersembunyi di dalam gendang.

h. Putri Kemala Sari
Patuh kepada kedua orang tua : mau dijadikan upeti oleh sang ayah, Raja Kabir.

i. Raksasa Perempuan
Suka menolong : banyak memberikan pengalaman baiknya, memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata berupa sarung kesaktian untuk melawan Buraksa kepada Indera Bangsawan.

j. Raksasa Buraksa
Jahat : meluluh lantakkan negara yang dimpin Raja Kabir.
k. Raja Kabir
Mudah menyerah : :takluk kepada raksasa dan akan menyerahkan putrinya sebagai upeti kepada raksasa Buraksa

4. Lattar/ setting

a. Lattar tempat
Negeri Kobat Syarial : kerajaan yang dipimpin Baginda Raja Indera Bugsu.
Di hutan : Syah Peri dan Indera Bungsu pergi ke hutan utnuk mencari buluh perindu.
Disebuah taman : Syah Peri bertemu dan menyelamatkan Putri Ratna Sari dan dayang- dayangnya dari serangan raksasa Garuda.
Di gua : Indera Bangsawan bertemu dengan raksasa perempuan di gua kemudian dijadikannya sebagai neneknya
Negeri antah berantah : negeri yang dipimpin Raja Kabir yang pada saat itu tengah diserang raksasa Buraksa.

b. Lattar waktu
Peristiwa dalam kutipan hikayat terjadi pada keseluruhan waktu (pagi, siang, sore, dan malam).
c. Lattar suasana
Bahagia : Syah Peri dan Putri Ratna Sari beserta dayng- dayangnya selamat dari serangan raksasa Garuda yang telah dikalahkan Syah Peri; Idera Bangsawan dapat mengalahkan raksasa Buraksa dan hidup bahagia bersama Putri Kemala Sari; Indera Bangsawan berhasil mendapatkan buluh perindu yang diinginkan ayahnya, dan kembali ke negeri Kobat Sayhrial dengan selamat; Indera Bangsawan dinobatkan menjadi raja Kobat Syahrial menggantikan ayahnya; dan Syah Peri dengan kerajaanya.
Sedih : di tengah perjalanan dalam mencari buluh perindu Syah Peri dan Indera Bangsawan terpisah karena angin topan, hujan lebat dan awan yang gelap gulita. Pada saat itu Putri Ratna Sari diserang raksasa Garuda, dan negara Raja Kabir diserang raksasa Buraksa; Indera Bangsawan tiba- tiba jatuh sakit.

5. Sudut pandang
Orang ketiga serba tahu.

6. Alur
Alur pada hikayat tersebut adalah alur maju. Alasannya karena hikayat menceritakan awal raja Indera Bungsu yang tidak memiliki anak, Indra Bangsawan diasuh oleh raksasa dan dianggap sebagai neneknya sampai akhirnya Indra Bangsawan menyamar menjadi budak berambut keriting sebagai Si Hutan masuk di kerajaan antah berantah. Dengan kepandaian yang dimiliki Indra Bangsawan , Buraksa dapat dikalahkan. Pada akhirnya indra Bangsawan dihadiahi oleh Raja Kabir utuk menjadi suami Putri Kemala Sari.

7. Amanat
a. Hendaklah kita selalu mengingat Allah SWT.
b. Hendaklah kita saling tolong- menolong.
c. Hendaklah kita tidak mudah menyerah.
d. Hendaklah kita selalu bersikap sportif dan jujur.

8. Gaya bahasa
Majas metafora : Tuan puteri terharu akan kesetiaannya dan menamainya si Kembar.

Unsur Ekstrinsik
1. Nilai religius
a.     Hal ini dibuktikan dengan beberapa peristiwa yang dilakukan beberapa tokoh. Contohnya , melakukan pembacaan doa qunut, membagikan sedekah kepada fakir miskin, dan berpasrah kepada Allah. Hubunganya dengan nilai masa kini yaitu pembacaan doa qunut kurang dilaksanakn apalagi orang- orang metropolitan, mereka hanya menganggap itu adalah budaya pada nenek moyang mereka.

2. Nilai sosial
Ø Saling menolong sesama.

3. Nilai moral
> Tidak mudah menyerah, selalu berusaha, bersikap sportif, jujur  dan menghargai usaha orang lain.

4. Nilai budaya
Ø Pada jaman dahulu masih ada perjodohan dan kepercayaan akan kesaktian benda.

Puisi Pengalaman Hidup



Sejengkal Tanah
         Karya : Rayhandi

Hari ini kita menapak bumi
Tertawa dan bersenang hati
Kita berjalan dengan angkuh
Hingga lupa tanah mencarut

Kita lupa sembahyang
Kita lupa beriman
Iman di dada setipis kulit bawang
Hilang di bawa angin dunia fana

Hari ini kita tertawa
Menghirup nafas dengan congkak
Lupa di mana kita berlindung
Lupa di mana kita kembali

Terbayangkah kita?
Jika besok kita mati
Jika nanti kita mati
Jika sebentar lagi kita mati

Amalan apa yang akan menjamin kita merengkuh surganya?
Harta dan kenikmatan dunia?
Tidak, semuanya lenyap. Tinggallah kebenaran

Hari ini kita memakai sutra
Boleh jadi besok kita memakai kafan
Hari ini kita tidur di ruang mewah
Boleh jadi besok kita tidur di liang lahat

Hari ini kita bergelimang kemewahan
Bisa mungkin esok kita bergelimangkan siksa
Hari ini kita tersenyum
Bisa mungkin esok di kubur kita meraung

Hari ini kita berteman sahabat
Boleh jadi di kubur kita berteman ulat
Hari ini rupa kita mulia
Boleh jadi esok di kubur kita hancur bak garam
Hilang tanpa sisa

Tidak takutkah engkau akan mati?
Ia akan datang dalam pucat
Yang menjujur biru terbaring
Kaku tanpa sentuh

Sakratul maut datang
Menyeret nafas hingga di pucut leher
Demi tuhan sakitnya sangat
Bagai tubuh terkoyak kulit

Takutkah akan mati di kau?
Tubuh terguncang nyawa melayang
Meninggalkan jasad fana
Hening membiru di liang kubur

Wahai manusia
Semuanya kita akan mati
Mati sekarang atau esok tak ada bedanya
Malaikat maut menunggu di pucuk umur

Kita pergi melayang jauh
Meninggalkan nikmat hidangan dunia
Menceraikan keluarga
Mencampakkan harta yang melangit

Kita mati meninggalkan hitam putih dunia
Yang kita genggam hanya asa jika tak beramal
Bahkan jasad tubuh tercinta tertinggal di hitam bumi

Tak sebutir nikmat jua kita bawa
Tak secuil emas berlian pun kita rengkuh
Hanya iman di dada
Hanya islam di hati

Inikah akhir nafas kita
Nafas yang selama hidup lupa tuhannya
Akan tugas melalang di fana
Kita lupa wahai sahabat

Kematian
Datang membayang nafas
Merenggut hingga putus tertinggal tubuh
Hina
Takut
Di curuk ujung kita menanti menunggu hingga kita mati semua
Dan semuanya hanya soal waktu
Berjalanlah ke depan karena di ujung tapak langkahmu kematian menunggumu....



·     *    Puisi ini sesuai dengan pengalama saya yang akan takut dengan kematian

Komputasi Awan

Cloud computing  secara kata bila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dapat berbunyi “Komputasi Awan”, namun sampai saat sekarang ini...